Bagaimana Menerapkan Experiential Learning dalam Pembelajaran Bersama dengan Guru Lain

Jangkapanjang.com – Pertanyaan bagaimana menerapkan experiential learning dalam pembelajaran bersama dengan guru lain terdapat pada Modul 2 PSE PPG 2025.
Menjawabnya memang cukup sulit karena pertanyaan ini harus disesuaikan dengan pengalaman pribadi guru dalam mengajar atau berkolaborasi dengan guru lain.
Nah jika Bapak/Ibu guru merasa kesulitan menjawabnya, kali ini admin Jangkapanjang akan berbagi beberapa jawaban yang relevan yang nantinya dapat dijadikan reverensi atau contoh dalam membuat jawaban sendiri yang lebih baik lagi.
Soal PPG
Bagaimana menerapkan experiential learning dalam pembelajaran bersama dengan guru lain?
Contoh Jawaban
Dalam menerapkan experiential learning dalam pembelajaran bersama dengan guru lain, kami mengadopsi pendekatan proyek lintas mata pelajaran yang melibatkan pengalaman langsung siswa. Kami memilih topik permasalahan nyata yang ada di lingkungan sekitar, seperti isu keberlanjutan atau tantangan sosial yang relevan dengan kehidupan siswa.
Proyek ini melibatkan pengamatan langsung terhadap masalah yang ada, diikuti dengan analisis, diskusi, dan perancangan solusi praktis. Kolaborasi antarguru sangat penting dalam merancang pengalaman ini. Setiap guru berperan sesuai dengan kompetensinya: guru IPA membimbing siswa dalam menganalisis permasalahan secara ilmiah, guru matematika membantu siswa mengolah data dan informasi yang diperoleh, serta guru bahasa memfasilitasi siswa dalam menyusun laporan atau presentasi.
Kami juga memperkenalkan refleksi sebagai bagian dari pengalaman belajar. Selain tugas tertulis, siswa diajak untuk berdiskusi dalam kelompok kecil dan menulis jurnal pribadi untuk mendalami proses belajar mereka. Penilaian tidak hanya terfokus pada produk akhir, tetapi juga pada perkembangan keterampilan sosial-emosional siswa, seperti kerja sama, empati, dan komunikasi.
Melalui proyek ini, saya belajar bahwa kolaborasi antarguru tidak hanya memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga memungkinkan setiap guru untuk saling berbagi pengetahuan dan keterampilan dalam menciptakan pembelajaran yang lebih holistik dan bermakna.
Baca juga: Tindakan yang dapat dilakukan untuk menegakkan kode etik guru
Jawaban Lebih Variatif
Untuk menerapkan experiential learning secara efektif dalam pembelajaran bersama rekan guru, saya akan memulai dengan menciptakan ruang bagi visi yang lebih besar dan mendorong pemikiran kolektif antara sesama guru. Dimulai dengan percakapan mendalam dengan guru-guru lainnya, baik dari disiplin ilmu yang serumpun maupun berbeda, saya akan menggali tema atau proyek kolaboratif yang tidak hanya merangsang minat siswa tetapi juga relevan dengan konteks kehidupan mereka.
Misalnya, saya sebagai guru Matematika bisa berkolaborasi dengan guru Ekonomi untuk merancang sebuah proyek yang mengajak siswa untuk mengembangkan model bisnis berbasis data, yang melibatkan perhitungan anggaran, analisis pasar, dan prediksi keuntungan. Proyek ini akan merangsang mereka untuk mengaplikasikan konsep-konsep matematika dalam konteks nyata, sambil belajar tentang ekonomi, kewirausahaan, dan bahkan keterampilan komunikasi bisnis.
Pada awal perencanaan ini, saya dan rekan guru akan merumuskan tujuan pembelajaran yang transdisipliner yang melibatkan dua atau lebih mata pelajaran, memastikan agar setiap guru memahami peranannya dalam mendukung pengembangan keterampilan siswa di luar sekadar menguasai materi pelajaran. Kami akan menyusun peta perjalanan pembelajaran yang mencakup semua tahapan, mulai dari pengalaman langsung hingga refleksi mendalam.
Pengalaman Nyata (concrete experience) akan dimulai dengan mengundang para profesional dari bidang ekonomi atau industri untuk mengajak siswa memahami tantangan dunia nyata. Siswa akan dilibatkan dalam simulasi pembuatan keputusan bisnis, misalnya membuat keputusan terkait pengalokasian anggaran dan memilih strategi harga berdasarkan analisis data pasar yang mereka kumpulkan.
Untuk observasi reflektif (reflective observation), saya dan rekan guru akan memfasilitasi diskusi kelompok yang dipandu dengan pertanyaan terbuka yang mendorong siswa berpikir kritis tentang strategi yang mereka pilih, kesalahan yang mereka lakukan, dan apa yang dapat diperbaiki. Sebagai guru Matematika, saya akan fokus mengajak siswa merefleksikan penerapan rumus-rumus dan konsep-konsep statistik yang mereka gunakan dalam analisis data, sementara guru Ekonomi akan fokus pada prinsip ekonomi yang berhubungan dengan keputusan bisnis yang mereka buat.
Pada tahap abstrak konseptualisasi (abstract conceptualization), kami akan mengarahkan siswa untuk menggali lebih dalam ke dalam teori dan prinsip yang relevan dengan pengalaman mereka. Siswa dapat dipandu untuk membaca literatur terkait, seperti teori bisnis atau model matematika yang digunakan dalam dunia nyata, dan menyusun strategi yang lebih efisien.
Tahap eksperimen aktif (active experimentation) akan melibatkan siswa dalam penyusunan rencana bisnis berbasis data dan presentasi kepada “investor” yang akan berupa sesama siswa atau bahkan tamu undangan yang berasal dari dunia usaha. Saya dan rekan guru akan memberikan umpan balik langsung selama proses penyusunan dan presentasi untuk memastikan bahwa teori yang mereka pelajari benar-benar dapat diaplikasikan dalam praktik.
Sebagai bagian dari evaluasi dan refleksi, saya dan rekan guru akan mengadakan sesi umpan balik kolaboratif. Kami akan melakukan evaluasi terhadap keterampilan yang sudah diperoleh siswa dalam hal pengaplikasian matematika dan konsep ekonomi serta kemampuan mereka dalam menyampaikan ide bisnis secara jelas dan efektif. Kami akan mendiskusikan bagaimana proyek ini berjalan, melihat bagian mana yang berjalan dengan baik dan bagian mana yang bisa ditingkatkan pada pertemuan kolaborasi berikutnya.
Lebih jauh lagi, saya akan mengajak rekan guru untuk merefleksikan aspek profesionalisme kami sendiri. Proyek ini menjadi kesempatan bagi kami untuk mengeksplorasi pendekatan pedagogis baru yang melibatkan integrasi disiplin ilmu, memberikan peluang bagi kami untuk memperkaya strategi pengajaran dan pengembangan karier. Proses ini menjadi siklus experiential learning yang terus berkembang, memperdalam pemahaman kami tentang cara mengelola pembelajaran yang lebih holistik dan berorientasi pada keterampilan abad ke-21.
Pada akhirnya, kolaborasi semacam ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga memperkuat jaringan profesional antarguru, mendorong kami untuk terus bereksperimen dan meningkatkan kualitas pengajaran kami demi menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna dan aplikatif